Friday 12 February 2016

Proses Terbentuknya dan Penciptaan Alam Semesta Menurut Al Qur'an Dan Hadis

Proses Terbentuknya dan Penciptaan  Alam Semesta. Sahabat yang dirahmati Alloh SWT. Kali ini admin akan mengangkat sebuah makalah Tulisan. Ust. Amin, mengenai Alam semesta, Untuk lebih jelasnnya mari kita simak uraian berikut ini:

Alam semesta adalah al-samawat wal ardh wa ma bainahuma (langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya). Di dalamnya terdapat fenomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas, mulai dari bagaimana alam ini bisa muncul, kejadian-kejadian yang ada, sampai rahasia apa di balik semuanya itu. Tentu dalam memahami alam tidak terlepas dari ayat-ayat Alquran yang kemudian ditafsirkan berdasarkan keimanan mengenai ayat-ayat itu dengan melibatkan penjelasan Rasul melalui hadis-hadisnya dan upaya pengungkapan “rahasia alam” itu dengan akal pikiran manusia melalui perangkat sains.



Proses Terbentuknya dan Penciptaan  Alam Semesta
Big Bang
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai alam semesta dengan dua fokus analisa sebagai berikut: 
A. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, 
B. Masa, bahan material, dan proses terbentuknya alam semesta.

A. Ayat-ayat tentang Penciptaan Alam

Pembicaraan Alquran tentang alam semesta ditemukan dalam ayat-ayat-Nya lebih dari 1000 ayat yang tergelar dalam beberapa surat. 461 di antaranya berkaitan dengan bumi (bentuk bulat bumi, orbit bumi, rotasi bumi dan pembagian wilayah bumi serta isi kandungannya). Sebagian ayat berkaitan dengan penciptaan alam semesta, gugusan dan peredaran bintang-bintang di jagat raya, galaksi dan akhir dari alam semesta ini. Termasuk tentang penciptaan matahari yang lebih awal dari penciptaan bulan.Meskipun demikian, pembicaraan Alquran tentang alam ini masih bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasarnya saja, karena Alquran bukan buku ilmu pengetahuan yang umumnya menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Karena itu untuk mempunyai gambaran yang jelas tentang bagaimana kejadian-kejadian itu disajikan, kita harus mengumpulkan bagian-bagian yang terpisah dalam beberapa surat.

Ayat yang menjadi acuan utama mengenai penciptaan alam adalah surat al-Baqarah:117, yang berbunyi:


بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ 


“Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengucapkan kepadanya “jadilah” lalu jadilah ia”. 


Ayat ini menegaskan bahwa Allah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam yang tidak dapat disangkal, di samping pemeliharaanya yang maha pengasih. Karena kekuasaan-Nya bila Ia hendak menciptakan bumi dan langit, Dia hanya mengatakan “jadilah”. 

Secara umum ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam dapat dipetakan melalui dua pendekatan: (1) maudhu’i-mushafi, yaitu pengelompokan ayat-ayat tentang penciptaan alam yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan susunannya dalam mushhaf, (2) maudhu’i- tanzili, yaitu pengelompokan ayat-ayat itu yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan susunannya waktu diturunkan 

Secara maudhu’i-mushafi, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam terdapat di surat al-A’raf [7]:54, Yunus [10]:3, Hud [11]:7, al-Anbiya [21]:30, al-Furqan [25]:59, as-Sajdah [32]:4, Fushilat [41]:9-12, Qaf [50]:38, al-Hadid [57]:4 dan an-Naziat [79]:27-33.


a. al-A’raf [7]:54

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.

b. Yunus [10]:3,


Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?


c. Hud [11]:7

dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".

d. al-Anbiya [21]:30

dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

e. al-Furqan [25]:59, 

yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

f. as-Sajdah [32]:4, 

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

g. Fushilat [41]:9-12, 

9. Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".

10. dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

11. kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.

h. Qaf [50]:38

dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.

i. al-Hadid [57]:4 

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

j. an-Naziat [79]:27-33

Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya[ 27], Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29], dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30], ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]. dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33].

Adapun secara maudhu’i-tanzili, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam terdapat di surat Makiyyah (turun di Mekah sebelum hijrah) dan Madaniyyah (turun di Madinah). Berikut ini disebutkan secara berurutan ayat-ayat tentang penciptaan alam yang turun di Mekah: Qaf:38 [urutan ke-34 makiyyah], al-A’raf:54 [urutan ke-39 makiyyah], al-Furqan:59 [urutan ke-42 makiyyah], Yunus:3 [urutan ke-51 makiyyah], Hud:7 [urutan ke-52 makiyyah], Fushilat:9-12 [urutan ke-61 makiyyah], al-Anbiya:30 [urutan ke-73 makiyyah], as-Sajdah:4 [urutan ke-75 makiyyah], dan an-Naziat:27-33 [urutan ke-81 makiyyah]. Sedangkan yang turun di Madinah surat al-Hadid:4 [urutan ke-8 madaniyyah]

Pengertian Sama’ (السَّمَاءُ) dan Ardh (أَرْضُ) 

Pada ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua istilah yang senantiasa disebut, yakni al-sama’ (langit) dan al-ardh (bumi). Ungkapan ‘langit’ dan ‘bumi’ merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun kenapa ‘bumi’ yang disebut, hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya dimana kita hidup dan tinggal di atas permukaan bumi. Sedangkan penyebutan kata ‘langit’, hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit yang menjadi obyek penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang bermanfaat untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan dan juga sebagai makanan binatang ternak kita.

Sebagai catatan bahwa di dalam Alquran, kata as-sama (bentuk tunggal) disebut sebanyak 109 kali. Sedangkan dalam bentuk jamak (as-samawat) 185 kali. Adapun kata al-ardh (dengan beberapa variasinya) disebut sebanyak 461 kali. Di mana 80 surat hanya menyebut dalam bentuk mufrad (tunggal) saja dan tidak pernah muncul dalam bentuk jamak. Adapun berjumlah tujuh, penyebutannya hanya secara implisit pada surat Ath-Thalaq [65]: 12.

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.


Kemudian dari jumlah sebanyak itu, penyebutan keduanya secara bersamaan ditemukan dalam 178 ayat. Uniknya, dari 178 ayat tersebut, 175 ayat menggunakan susunan atau urutan langit dan bumi, sedangkan sisanya yang tiga ayat dengan redaksi sebaliknya, yakni bumi dan langit. Selanjutnya, dari 178 ayat tersebut, 46 di antaranya terkait atau dihubungkan dengan kata khalaqa (penciptaan) dengan perincian 45 ayat menyebut penciptaan langit dan bumi (dengan beberapa variasinya) dan hanya satu ayat menyebutkan penciptaan bumi dan langit.

Kata al-sama’ (السَّمَاءُ) dalam Alquran biasa diartikan sebagai “langit”, yakni ‘kubah’ biru di atas bumi atau horizon (langit bagian bawah yg berbatasan dengan permukaan bumi atau laut). Akan tetapi, tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam semesta. Karena itu dalam konteks alam semesta kata “langit” dimaknai sebagai ruang angkasa yang di dalamnya terdapat galaksi-galaksi, bintang-bintang, dan lainnya. 

Kata ardh (أَرْضُ) dalam Alquran biasa diartikan sebagai "bumi". Akan tetapi, tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata surya (solar system) yang belum terbentuk seperti sekarang. Karena itu, kata ardh (أَرْضُ). dalam ayat-ayat ini lebih tepat dipahami sebagai "materi", yakni cikal bakal bumi. 
Istilah “Penciptaan”
Perlu diketahui pula bahwa pada ayat-ayat tersebut di atas, terdapat tiga istilah yang agak berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata sebagai ”penciptaan”. 
Pertama, khalaqa pada surat al-A’raf:54, Yunus:3, Hud:7, al-Furqan:59, as-Sajdah:4, Fushilat:9, al-Hadid:4. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, “Kata al-khalq dapat digunakan dalam makna al-ibda’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa asal dan meniru (tidak ada contoh sebelumnya). Namun dapat pula digunakan dalam makna al-iejad, yaitu menciptakan sesuatu dari sesuatu (menciptakan dari bahan yang telah ada sebelumnya). Menurut ar-Raghib, kata khalqus samawat wal ardhi maknanya al-ibda’ dengan dilalah firman Allah: badi’us samawat wal ardh” (Qs. Al-Baqarah:117) Al-Mufradat fi Gharibil Quran, I:157. 
Kedua, ja’ala dalam surat Fushilat:10, yang bermakna ”menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru”. 
Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat Fushilat:12). Istilah ini bermakna ”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla (”menetapkan”) dalam ayat itu terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…”
Selain itu ketika menyebut khalaqa as-samawat wal ardh (penciptaan langit dan bumi), pada ayat-ayat itu disertai kata sittati ayyam. Dan kata itu selalu diawali oleh kata fii yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa ada jeda. Sedangkan ketika menyebut khalaqal ardh digunakan kata yaumain. Demikian pula ketika menyebut faqadhahunna terkait dengan penciptaan langit. 
Jika ditilik dari urutan pembahasan ayat-ayat tersebut, maka ”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka ”menetapkan” di sini tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang ”selesai” bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.

B. Proses Terbentuknya Alam Semesta

Dalam upaya menafsirkan rangkaian ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua madzhab utama: Pertama, madzhab burhani (saintifik). Kedua, madzhab bayani (wahyuistik).
Dalam memahami ayat-ayat penciptaan alam semesta, madzhab burhani berusaha memaksimalkan akal dengan melibatkan pendekatan empiris, dalam hal ini konsep sains dan penemuan mutakhir. Dalam madzhab ini teks suci (wahyu) tidak diposisikan sebagai dogma (ajaran) dan sebagai pengetahuan jadi melainkan hanya sebagai sebuah isyarat ilmiah yang pemaknaanya harus mengikuti sains. Madzhab ini cenderung terikat secara keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam menafsirkan Alquran. 
Sedangkan madzhab bayani berpijak pada teks, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti langsung menganggap teks sebagai pengetahuan jadi, dan secara tidak langsung yaitu dengan melakukan penalaran yang berpijak pada teks ini. Dalam madzhab ini wahyu diposisikan sebaliknya yang harus diterima secara imani, bukan tafsiran ilmiah, walaupun tidak logis dan ilmiah dalam analisa konsep sains. Madzhab ini cenderung menolak secara keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam menafsirkan Alquran. 
KESIMPULAN


Islam adalah suatu sistem (cara hidup) yang sempurna, menyeluruh dan lengkap merangkumi aspek-aspek sosial, ekonomi, pendidikan, politik, pentadbiran, falsafah, sastera, kebudayaan, ilmu sains dan sebagainya.  Dalam Islam, berfikir secara objektif dan membuat  penyelidikan secara saintifik adalah amat dituntut. Sesungguhnya, pengkajian dan pemikiran secara saintifik atas alam tabii adalah satu cara dalam Islam untuk mengenal Allah s.w.t sebagai pencipta seluruh alam. Melalui sistem pendidikan ilmu yang sepadu (integrated knowledge) pengkajian sains boleh menerapkan sifat tafakkur, berfikir secara mendalam dan kritis serta melahirkan manusia yang beriman.
Sebagai seorang Islam yang terlibat dalam usaha mempelajari, mengajar,  mengembangkan atau menyebarkan ilmu pengetahuan sama ada dalam bidang agama, ilmu kemanusiaan, ilmu kemasyarakatan , sains tabi’i dan lain-lain, kita harus bertanya diri kita secara jujur adakah ilmu pengetahuan serta kepakaran kita membawa kepada komitmen yang mendalam terhadap akidah, syariah dan akhlak Islam di samping mendorong kita ke arah peningkatan amal salih ?. Ada kemungkinan teori-teori, andaian, falsafah, pendekatan, rumusan, ideologi, paradigma atau pandangan yang kita pegang atau sampaikan kepada orang lain boleh menyebabkan pengasingan (alienation) atau terpesong dari tuntutan Allah dan Rasul dalam bentuk akidah, syariah dan akhlak. Sebagai hamba Allah yang dikurniakan sedikit ilmu pengetahuan maka sewajarnyalah kita menggunakan ilmu tersebut untuk membangun diri, masyarakat dan alam sekitar bersesuaian dan bertepatan dengan kehendak serta tuntutan Allah s.w.t.

PANDANGAN ULAMA DAN SAINTIS


Islam mengambil pendekatan yang lebih teliti dan sepadu tentang sains. Islam tidak menentang usaha-usaha penyelidikan, mendapatkan data dan fakta, menghasilkan hipotesis dan mencipta teori. Tradisi tadabbur memang mendorong saintis Islam untuk mengetahui apa yang mereka perhati dan saksikan serta mengkaji segala yang ada di sekeliling mereka. Cuma tradisi tadabbur saintis Islam  tidak hanya mendapatkan data dan fakta tetapi yang lebih jauh menghubungkan data dan fakta dengan sesuatu disebaliknya. Saintis Islam banyak  menghubungkan fakta dan data sebagai sumber petanda kebesaran Allah.
Apabila saintis Islam menghubungkan kajiannya dengan kewujudan Pencipta, maka asas akidah, iman dan takwa menjadi garis pemisah antara saintis Barat dengan saintis Islam. Kajian saintis Barat terhenti setakat mendapatkan data dan fakta untuk menghasilkan hipotesis atau pun teori sebagai suatu usaha memahami kejadian dan fenomena dan menghubungkannya sebagai factor semulajadi. Sedangkan saintis Islam melihat sesuatu itu dalam hubungannya dengan Pencipta yang menjadikan alam dan seluruh isinya. Hasilnya mendekatkan lagi keyakinan saintis Islam kepada Allah s.w.t. Sesudah itu lahir jiwa kehambaan yang tinggi yang  mendorong rasa taat, patuh, akur dan tunduk kepada kebesaran-Nya. Dan darinya lahir jiwa kekhalifahan yang adil dan amanah ( al-‘adl wa al-ihsan) menguruskan ilmu dengan baik kerana semuanya itu adalah amanah Allah supaya mereka tidak melampaui batas. Amalan yang melampau batas bakal merosakkan manusia dan ala mini. Inilah asas tasawwur saintis Islam.
Pengembangan ilmu Islam tidak menolak faktor-faktor yang bermanafaat yang ada pada pemikiran, teknologi yang terhasil daripada tamadun lain. Meskipun Islam menekankan konsep ilmu yang bermanafaat, namun sesuatu yang memberi faedah daripada maklumat, pengetahuan dan teknologi orang lain boleh diguna pakai asal sahaja tidak bercanggah dengan maksud manafaat. Komputer boleh digunakan oleh orang Islam sekiranya perisian dalam komputer membangunkan akal budi insan. Televisyen boleh digunakan oleh orang Islam selagi program yang ditonton tidak merosakkan akidah dan akhlak penontonnya. Membangun perisian dan program yang selari dengan tasawwur Islam adalah cabaran yang perlu dipenuhi oleh umat Islam.
Dalam banyak hal, ilmu teknologi dan ilmu alat adalah berguna untuk manusia.  Ia bergantung kepada sikap dan nilai yang ada pada pengguna. Sekiranya pengguna kepada alat atau teknologi adalah orang yang beriman dan bertakwa maka alat dan teknologi tidak akan disalahgunakan. Sekiranya alat dan teknologi digunakan oleh mereka yang tidak beriman dan bertakwa, tidak ada batasan dan halangan sesuatu untuk disalahgunakan untuk kepentingan nafsu dan naluri kerana apa yang dilakukan tidak dirujuk kepada Allah dan redha-Nya dan tidak dihubungkan dengan ikatan halal dan haram atau makruf dan mungkar.
Di sini pentingnya integrasi atau Islamisasi ilmu. Integrasi bermaksud bagaimana ilmu dan teknologi diberikan orientasi nilai, etika dan adab. Islamisasi bermaksud bagaimana asas akidah, akhlak dan syariah dijadikan landasan membangunkan ilmu. Kalau diibaratkan sebatang pokok, akar tunjangnya ialah akidah, batangnya adalah ibadah, dahan dan rantingnya adalah syariah dan  fekah, manakala bunga serta buahnya adalah akhlak.
Sekiranya terdapat ilmu-ilmu dan teknologi dari tamadun lain yang bermanafaat, ia harus diklonkan dengan pokok yang asal supaya ilmu-ilmu yang diklonkan itu diberi orientasi baharu berasaskan nilai, etika dan adab yang akhirnya menjadikan ia berguna untuk manusia. Tanpa asas integrasi dan Islamisasi ilmu, maka cabang-cabang pokok tersebut akan berkembang dan dipengaruhi unsur duniawi  dan menolak faktor ukhrawi.
Faktor duniawi ialah sesuatu yang  Allah ciptakan dalam alam dan kehidupan ini terkandung rahmat dan hikmah. Bagi mereka yang berusaha dan  rajin mengubah diri, mengubah kehidupan dan mengubah nasib. Tuhan tidak menghalangnya daripada menempa kejayaan. Bezanya orang Islam yang beriman dan bertakwa dengan mereka yang kufur ialah apabila usaha disandarkan kepada redha Allah, maka lahirlah niat jujur dan amanah. Bila diamal dan dilaksanakan dalam kehidupan, ia tidak sahaja memberi kesan duniawi tetapi juga dilihat sebagai sumber ibadah dan membawa kesan ukhrawi. 



Isu ilmu dan Islam adalah isu yang berkait rapat dengan masalah epistemologi. Epistemologi berkait rapat dengan teori bagaimana sesuatu  ilmu itu lahir, bermulanya sesuatu ilmu atau bagaimana timbulnya sesuatu ilmu  atau bagaimana ilmu itu dibangunkan. Contohnya, sebahagian besar orang yang berfikir sekular berpendapat bahawa alam ini terjadi secara kebetulan. Asasnya ialah menerusi kajian yang dikatakan saintifik berasaskan pendekatan rasional, logik dan juga empirikal. Ia dilakukan secara ujikaji, pemerhatian dan pengumpulan data dan fakta. Pandangan mereka tidak berdasarkan sebarang maklumat atau fakta daripada kitab-kitab agama. Sebaliknya dari sudut Islam, epistemologi tentang kejadian alam ini di dasarkan kepada sumber wahyu. Al-Quran dalam ayat 164 surah al-Baqarah umpamanya dengan jelas menyatakan tentang kejadian langit dan bumi serta alam ini adalah hasil proses penciptaan oleh Allah s.w.t bukan terjadi dengan sendiri.
Asas epistemologi ini telah menyebabkan tasawwur atau perspektif Barat dengan Islam berbeza. Tetapi selepas terbinanya Teori Big Bang atau Teori Dentuman besar, pandangan Barat tentang kejadian alam mula berubah. Teori Charles Darwin di dalam karyanya The Origin of Spesies mengenai proses evolusi mula dipertikaikan khususnya dalam kalangan saintis Barat sendiri. Epistemologi Barat tentang penciptaan dari Allah s.w.t tidak berlaku. Ia dilihat sebagai dogma walaupun Plato dan Aristotle cuba memberi asas falsafah  dan logiknya tentang alam dan manusia namun the power of reason tetap dominan. Epistemologi inilah yang menyebabkan tasawwur sebahagian besar saintis Barat tentang tuhan dan agama adalah tidak selari dengan apa yang ada pada orang Islam. Orang seperti Nietzsche menyatakan bahawa ‘Tuhan sudah mati’ yang bermaksud Tuhan dan agama tidak wujud dan tidak ada kena mengena dengan ilmu. Ilmu harus dilihat secara saintifik. Sainslah yang membuka mata dan mencerdaskan fikiran manusia daripada belenggu kejahilan kepada bijaksana. Inilah tanggapan saintis Barat.
Dalam sains tabii  tidak terdapat banyak masalah kerana hukum hakam semuanya mengikut peraturan (nizam) yang ditentukan oleh Allah s.w.t. Ia tidak berubah tanpa izin-Nya. Ia juga sama di semua tempat dan zaman. Tetapi, diperingkat teori dan hipotesis terdapat beberapa masalah kerana di peringkat ini ia di peringkat konsep dan belum lagi disahkan kebenarannya. Teori atau hipotesis yang menyalahi wahyu perlu ditapis umpamanya Teori Evolusi Darwin dan Teori Mekanis Descrates berkenaan kejadian alam semesta.
Di dalam bidang sains bukan tabii atau sains sosial Barat (Non Physical Science) pula seperti ilmu kemasyarakatan, kebiasaannya terdapat banyak masalah kerana terdapat banyak teori sekular Barat moden yang bercanggah dengan ilmu wahyu. Ini adalah disebabkan asas pemikiran sekular  menyatakan Pencipta tidak wujud. Pencipta tidak menurunkan sebarang wahyu untuk memandu manusia. Pencipta tidak mengutuskan rasul-rasul bagi manusia dan Hari Akhirat tidak wujud.  Ini adalah satu kelemahan paling besar dari segi asas ilmu sekular Barat moden.

Hadis Sahih Proses Terbentuknya Alam Semesta


Madzhab Saintifik

Alam diciptakan Allah dalam enam masa (Q.S. Fushilat [41]:9-12): dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya. Ukuran lamanya masa (“hari”, ayyam) tidak dirinci di dalam Alquran. Belum ada penafsiran pasti tentang enam masa itu. Namun, bedasarkan kronologi evolusi alam semesta dengan dipandu isyarat di dalam Al-Qur-an (Q.S. Fushilat [41]:9-12 dan Q.S. an-Naziat [79]:27-33) mereka menafsirkan enam masa itu adalah enam tahapan proses sejak penciptaan alam sampai hadirnya manusia. Lamanya tiap masa tidak merupakan fokus perhatian. 

Surat An-Nazi’at ayat 27-33 tersebut dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga dapat diuraikan sebagai berikut: 

Masa I (”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya [27]): penciptaan langit pertama kali


Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”[1], kira-kira 13,7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah adanya radiasi kosmik di langit yang berasal dari semua arah. Bigbang adalah awal penciptaan ruang, waktu, dan materi. Materi awal Hidrogen. Hidrogen menjadi bahan pembentuk bintang, dalam bahasa Al-Quran disebut dukhan. Awan hidrogen itu berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, mulailah terjadi reaksi nuklir yang membentuk Helium. Reaksi nuklir inilah yang menjadi sumber energi bintang dengan mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan selisih massa (m) Hidrogen dan Helium. 

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub bakal bintang itu (protostar), menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, selimut gas yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk planet-planet. Awan Hidrogen dan bintang-bintang terbentuk dalam kumpulan besar yang disebut galaksi. 

Di alam semesta galaksi sangat banyak membentuk struktur filamen (untaian) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi 



Masa II (Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28]): pengembangan dan penyempurnaan


Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” ditafsirkan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dengan kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh satu sama lain. 


Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang (seperti meledaknya bom), melainkan proses pengembangan ruang alam semesta secara cepat. 


Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses evolusi yang terus berlangsung. Kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Penyempurnaan alam terus berlangsung. 

Masa III (Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya sama dengan proses pembentukan bintang umumnya, dari dukhan, walau sudah tidak murni Hidrogen lagi. 

Masa IV (bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30]): Evolusi Bumi

Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi yang kemudian terpisah-pisah menjadi beberapa benua. 

Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. 

Masa V (Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Ayat ini menceritakan mulai adanya air di bumi dan makhluk hidup yang pertama adalah tumbuhan. Air di bumi, berdasarkan kajian astronomi tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi berasal dari komet yang menumbuk Bumi. Hal ini dibuktikan dari rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.


Masa VI (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33]”): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan lautan air, dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana dalam suatu. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi. 

Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”. 

Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Alquran, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. 

Madzhab Wahyuistik

Surat Al Anbiyaa’ [21]:30 menunjukan keadaan Bumi dan langit saat permulaan.


Tafsir Ibn Katsir atas ayat 21:30: “…Tidakkah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan udara diantara bumi dan langit yang terendah…”


Said bin Jubair mengatakan, “‘langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain, Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan pemisahan ini disebut Allah di Alquran’.”

Al Hasan dan Qatadah mengatakan, “’Mereka Dulunya bersatu padu, kemudian dipisahkan dengan udara ini’.”

Surat Fushshilat [41]: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:

Pertama, (41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa
Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”

Ayat-ayat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya

Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Ibnu Katsir untuk surat 41:9-11 juga menyatakan bahwa: “Penciptaan Bumi dan Penciptaan langit dibicarakan secara terpisah. Allah berkata bahwa Ia menciptakan Bumi terlebih dahulu, karena itu adalah Fondasi, dan Fondasi harus dibangun terlebih dahulu baru kemudian atap.”

Berkenaan dengan penciptaan bintang-bintang surat Fushshilat [41:12] maka terdapat 3 (ayat) lain di Alquran yang memberikan konfirmasi pasti bahwa bintang- bintang diciptakan untuk menghiasi langit dan sebagai alat untuk melempar setan-setan ketika mereka mencuri dengar berita dari Allah/langit, lihat ash Shaaffaat [37]: 6, Al Mulk [67]: 5, Al Hijr [15]:16-18 dan juga ‘Al Buruj sebagai bintang besar pada Al Furqaan [25]:61.

Surat Al Mulk [67]:5,Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

Tafsir Ibn Katsir surat 67:1-5: “Ayat ini merujuk pada bintang-bintang yang telah di letakan di langit, beberapa bergerak dan beberapa diam.”

Qatadah berkata, “‘Bintang-bintang diciptakan hanya untuk tiga kegunaan, yaitu: Hiasan di langit, Alat pelempar setan dan petunjuk Navigasi, Jadi siapapun yang mencari interpretasi lain tentang bintang selain ini maka itu jelas merupakan opini pribadi, Ia telah melebihi porsinya dan membebani dirinya dengan hal-hal yang ia sendiri tidak punya pengetahuan tentang ini. [Ibn Jarir dan Ibn Hatim merekam riwayat ini].

Kegunaan ‘Al Buruj’ (Bintang besar) juga sama sebagai Benteng penjaga untuk melempar setan yang mencuri dengar [riwayat dari Atiyah Al-`Awfi, lihat: Tafsir Ibn Katsir surat 15:16-19]

Surat An Naazi’at [79]:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah!

Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)

Tafsir Ibn Katsir untuk surat 79:27-33: “Di Tafsir Ibn Katsir untuk surat 79:27-33, terdapat satu riwayat menarik mengenai kebingungan seseorang akan hubungan surat [41:9-12] dan surat [79:27-33] yaitu mana yang diciptakan terlebih dahulu: Bumi atau Langit.

Sa’id bin Jubair berkata, ‘Seseorang berkata pada Ibn ‘Abbas: Saya menemukan di Qur’an yang membingungkan ku… Allah berkata (79:27-33): Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia menciptakannya, meninggikannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

Jadi dia menyatakan bahwa Penciptaan Langit dahulu baru kemudian penciptaan Bumi, Namun kemudian Allah berfirman (41:9-12): Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya dalam empat masa. bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Di sini Allah menyatakan Penciptaan Bumi dahulu baru kemudian Penciptaan Langit. Kemudian Ibn ‘Abbas menjawab, “Allah menciptakan Bumi dalam dua hari (masa), kemudian menciptakan Langit, kemudian (Istawa ila) meninggikan langit dan membentuknya dalam dua hari lagi. Kemudian membentangkan Bumi, ini berarti bahwa Dia membawa, sejak saat itu, air dan makanan. Dan kemudian Dia menciptakan Gunung-gunung, Pasir, benda-benda tak bernyawa, batu-batu dan bukit-bukit dan semuanya dalam waktu dua hari lagi.


Inilah yang Allah katakan (Ia) menghamparkan (Bumi) (79:30) Dan Allah berkata, ‘Ia ciptakan bumi dalam dua hari’, jadi Dia menciptakan Bumi dan segala isinya dalam empat hari dan Dia menciptakan Langit dalam dua Hari. Pada riwayat Al Bukhari: Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada Minggu dan Senin. Dia meletakan Gunung-gunung yang kokoh di atasnya, menumbuhkan yang bermanfaat, menakar untuk perlengkapan yang dibutuhkan manusia, artinya pada Selasa dan Rabu, jadi dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari

Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat

Pada riwayat Muslim, Abu Hurairah melaporkan bahwa Nabi menggenggam tanganku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan: Tanah pada hari Sabtu dan Gunung pada hari Minggu dan Pepohonan pada hari Senin dan Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada Selasa dan cahaya pada hari Rabu dan Dan menyebarkan Binatang pada hari Kamis dan Adam setelah ashar pada hari Jum’at, ciptaan terakhir pada hari Jum’at antara Sore dan Malam.

Tiga riwayat mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, sudah menegaskan bahwa: Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit.

Masih mengenai Surat 41:11 “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu..”


Dalam Asbabun Nuzul surat Al Ikhlas [112]:1-4: Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”


Riwayat Abu Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada Nabi saw. dan berkata: “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Rasulullah saw. tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu surat ini (Q.s.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah.

Dari hadis di atas, kita ketahui bahwa tidak ada penolakan mengenai asal muasal Langit, Adam, Iblis dan Bumi.

Terdapat fakta menarik yang disebutkan di surat Fushilat [41], yaitu setelah penciptaan Bumi, Langit masih beberbentuk kabut kemudian hadis mengisyaratkan pernyataan yang sama dari kaum yahudi bahwa langit diciptakan dari kabut sehingga penciptaan semesta dari agama-agama Abrahamik lebih mendekati hipotesis kabut daripada hipotesis Big Bang.


Surat Fushilat [41], ad-Dzariat [51], al-Anbiya [21] dan an-Nazi’at [79] termasuk golongan makiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan turunnya surat adalah tertera demikian. Surat al-Ikhlas [112], ada yang mengganggap sebagai Makiyyah, sementara As Suyuti menganggap sebagai Madaniyyah

Penegasan terakhir mengenai penciptaan Bumi dan Langit adalah melalui surat Al Baqarah yang diturunkan Allah pada tahun 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat madaniyyah yang turun lebih belakangan dari surat Makiyyah lainnya, yaitu Surat Fushilat [41], ad-Dzariat [51], al-Anbiya [21] dan an-Nazi’at [79]. Di surat Al Baqarah [2]:29, Allah swt. bersabda bahwa: “Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Istawa ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah [2]:30-36. Surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di al-A’raf [7]:10-24, al-Hijr [15]:26-33 dan Shad [38]:71-84. Disebutkan bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah!’ (Ali Imran [3]:59)

Pernyataan di surat Al Baqarah [2]:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya, yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. 


Bukti itu ada pada Al Baqarah [2]:31: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”


Ada pendapat yang mengatakan bahwa 7 langit adalah 7 lapisan Atmosfir. Di jaman awal Islam, Mujahid, Qatadah and Ad-Dahhak dalam tafsir Ibn Katsir untuk surat as-Sajdah [32]:4-6 yang di kutip lagi oleh Ibn Katsir untuk tafsir surat ar-Ra’du [13]:2-4, dinyatakan bahwa jarak Bumi dan lapisan langit serta antar lapisan langit adalah 500 tahun [jadi sekitar 3500 tahun]. Jelas sudah bahwa 7 langit adalah bukan atmosfir, sesuai dengan bunyi surat Al Najm [53]:14-15, maka langit yang dimaksudkan adalah ‘surga’, di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.


Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur) menjelaskan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan `arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. `Arsy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu:
1. sungai yang berisi cahaya yang berkilauan;
2. sungai yang bermuatan salju putih berkilauan;
3. sungai yang penuh dengan air; dan
4. sungai yang berisi api yang menyala kemerahan.


Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah. Hadis yang menyebutkan 7 langit sebagai Surga adalah riwayat al-Bukhari (Sahih Bukhari, hadis No. 608, yang diterangkan Anas Bin Malik, yaitu saat perjalanan Isra’-Mi’ra’, naik hingga langit ke-7, dikatakan oleh Nabi Muhamad bahwa Ia dibawa keliling langit dan kemudian Ia lihat ditepi Sungai, Ia lihat Istana yang dibangun dari Mutiara dan Jamrud.

Dalam Sahih Bukhari hadis No.345, diriwayatkan dari Abu Dzar, Nabi berkata, “Saat ia mencapai Langit pertama. Ia berjumpa Adam bersama jiwa-jiwa anak cucunya pada sisi kanan dan kiri Adam, dimana yang dikanannya merupakan penghuni Surga dan dikirinya adalah penghuni neraka..

Dalam Sahih Bukhari hadis No. 426, diriwayatkan dari Malik Bin Sasaa, Nabi berkata ketika Ia mencapai langit ke 7, Ia bertemu Ibrahim disana dan melihat Bait-Al-Ma’mur (Rumah Allah) yang didalamnya 70.000 malaikat yang berbeda yang melakukan sholat setiap harinya. Ia lihat pula Sidrat-ul-Muntaha, Buah Nabk, daun seperti telinga gajah, dan empat sungai: Saihan, Jaihan, Nil dan Euphrate


Dalam Shahih Bukhari hadis No.227 dan Sahih Muslim, hadis No 6807, Abu Hurairah meriwayatkan Nabi bersabda, “Saihan, Jaihan, Euphrates dan Nil adalah nama-nama sungai di Firdaus. 

Thursday 11 February 2016

                                                             Galaksi Bima Sakti

Galaksi Bima Sakti (Milky Way - terjemahan daripada Bahasa LatinVia Lactea, berasal daripada Bahasa Greek: Γαλαξίας (Galaxias) kadang kala merujuk kepada "the Galaxy"), adalah galaksi pilin berpalang yang merupakan sebahagian galaksiKumpulan Tempatan dan terletaknya Sistem Suria. Satah galaksi Bima Sakti dapat dilihat dari Bumi sebagai jalur cahaya di langit malam dan rupa jalur cahaya berkenaan merupakan inspirasi kepada nama galaksi ini.
Sesetengah sumber mengatakan sebenarnya istilah Milky Way sepatutnya merujuk secara eksklusifnya kepada pemerhatian jalur cahaya berkenaan, sementara nama penuh Milky Way Galaxy atau disebut sebagai the Galaxy seharusnya digunakan bagi menerangkan galaksi berkenaan sebagai astrofizikal seluruhnya.
Saiz
Cakera najam galaksi Bima Sakti mempunyai garis pusat lebih kurang 100,000 tahun cahaya dan purata ketebalannya dipercayai kira-kira 1,000 tahun cahaya.[6] Bima Sakti juga dipercayai mempunyai kira-kira 200 bilion bintang[7] dan mungkin lebih 400 bilion bintang[8], angka sebenar bergantung kepada bilangan bintang yang mempunyai jisim yang sangat rendah di mana belum pasti sepenuhnya. Jauh di luar cakera najam mengandungi gas yang lebih tebal. Pemerhatian baru-baru ini menunjukkan bahawa cakera bergas Bima Sakti mempunyai ketebalan sekitar 12,000 tahun cahaya - 2 kali ganda nilai yang diterima sebelum ini.[9] Sebagai panduan kepada skala fizikal relatif Bima Sakti, jika telah dikurangkan kepada 130 km (80 batu) diameter, Sistem Suria pasti cuma 2 mm (0.08 inci) lebar.
Halo Galaksi menjangkau luar tetapi terhad dalam saiz oleh orbit dua satelit Bima Sakti, Awan Magellan Besar dan Kecil di perigalaktikon pada ~180,000 tahun cahaya.[10]

                                                    Fotografi Panorama Bima Sakti 360
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA - Teori Big Bang






AL-QURAN MENJAWAB 


Penemuan-penemuan ilmiah selalu menentang kepercayaan dari semua agama, dan Agama menyebabkan Kemunduran Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
ALQURAN Sumber Segala Ilmu. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara,. Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan. semuanya telah tercover di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya. Kebenaran al-Quran tidak dapat dipertikaikan.Banyak usaha yang telah dijalankan oleh manusia untuk menandingi al-Quran, tapi usaha mereka sia-sia
Allah berfirman
“Katakanlah, sesungguhnya jika sekiranya berkumpul manusia dan jin untuk membuat serupa al-Quran,niscaya mereka tidak akan sanggup membuatnya, meskipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”
(al-Isra’ ayat 88)
One thing must be understood that The Quran is not a text book of Astronomy or Physics As Dr Absar Ahmed has said in his paper on “Creation and Evolution in Quranic Perspective’ that the primary function and intent of the Quran is the detailed discussion of practical matters related to Guidance and the Straight Path Satu hal yang harus dipahami bahwa Quran bukan buku teks atau Fisika Astronomi. Seperti Dr Absar Ahmed mengatakan dalam makalahnya tentang “Penciptaan dan Evolusi dalam Perspektif Al-Qur’an ‘bahwa fungsi utama dan maksud Al-Qur’an adalah pembahasan rinci tentang hal-hal praktis yang berkaitan dengan petunjuk dan jalan yang lurus .
Sejalan dengan Perkembangan Teori dan Ilmu Pengetahuan, Manusia akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gu- gusan yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar.Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masing-masing peredarannya diatur sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمٰوٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا ۖوَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ ﴿الأنبياء:٣۰﴾
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? ” (QS. Al Anbiyaa (21) : 30)
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّفِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
﴿الأنبياء:٣٣﴾
”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiyaa (21) : 33)
Tafsir Ibnu Kathir pada Surah Al Anbiya 21) : 30
Allah SWT berfirman, Mengingatkan tentang kekuaasaan-Nya yang sempurna dan kerajaan NYA yang agung, أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ Dan apakah orang orang kafir mengetahui bahwa dahulu bumi dan Langit satu seluruhnya satu saling sambung menyambung bersatu dan sebagian lagi bertumpuk di atas bagian yang lain pertama kali. Kemudian berpecah belah dan berkembang, kemudian langit galaksi menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi ada udara. Ismail bin Abi Khalid berkata: “ aku bertanya kepada Abu Shalih Al Hanafi tentang Langit ( galaksi)
۟ أَنَّ ٱلسَّمٰوٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا
Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian Aku (ALLAH) pisahkan keduanya. Dan Dahulu langit (Galaksi) itu satu dan AKU (ALLAH) pisahkan langit menjadi tujuh lapisan langit.
Dan ALLAH SWT berfirman penciptaan Galaksi dan Sistem Tata Surya dan Bintang
وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِى ٱلسَّمَآءِبُرُوجًا وَزَيَّنّٰهَا لِلنّٰظِرِينَ ﴿الحجر:١٦﴾
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya).QS. Al-Hijr [15] : ayat 16
إِنَّا زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِزِينَةٍ ٱلْكَوَاكِبِ ﴿الصافات:٦﴾
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang QS. Ash-Shaaffaat (As-Saffat) [37] : ayat 6
وَلَقَدْ زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَٱلدُّنْيَا بِمَصٰبِيحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُومًا لِّلشَّيٰطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ ٱلسَّعِيرِ﴿الملك:٥﴾
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala (QS. Al-Mulk [67] : ayat 5)
وَأَنَّا لَمَسْنَاٱلسَّمَآءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا ﴿الجن:٨﴾
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَامَقٰعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَن يَسْتَمِعِ ٱلْءَانَ يَجِدْ لَهُۥ شِهَابًا رَّصَدًا ﴿الجن:٩﴾
dan sesungguhnya kami telah mencuba mengetahui (rahsia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencuba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (QS. Al-Jin (Al-Jinn) [72] : ayat 8-9)
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّـهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمٰوٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِىسِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًاوَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّـهُ رَبُّ ٱلْعٰلَمِينَ ﴿الأعراف:٥٤﴾
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS: Al Araf.Ayat :54)
ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِٱئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ ﴿فصلت:﴾١١
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Fushilat. Ayat 11)
لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمٰوٰتِ وَمَا فِىٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ ٱلثَّرَىٰ ﴿طه:٦﴾
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Q.S. Thahaa. Ayat 6)
ALLAH. SWT, menciptakan bumi dalam dan Langit galaksi dalam 6 Masa, Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak sedikitpun ditimpa keletihan” (QS. Qaaf (50) : 38)
Karena ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan pada ayat diatas telah disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya dalam enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam sejarah asal mula alam semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa itu sebagai
berikut :
Masa pertama : Pada awalnya keadaan langit dan bumi dalam suatu kesatuan
yang padu, hal ini disebutkan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya
yaitu :
”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemuadian Kami pisahkan
antara keduanya ……….” (QS Al Anbiyaa (21) : 30)
Masa kedua : Pada masa ini gravitasi mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi yang terdir atas bintang-bintang. Juga mulai muncul planetplanet termasuk planet bumi yang terdapat dalam tatasurya matahari yang merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti.
Masa ketiga : Masa ini dikenal juga dengan masa Prekambrium (Precambrian Era). Pada masa ini kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada makhluk yang hidup di bumi.
Masa keempat : Masa ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic
Era). Pada masa ini di bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai
dengan munculnya tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan perintis hingga munculnya hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan amphibia.
Masa Kelima : Masa ini dikenal pula dengan zaman Mesozoikum (MesozoicEra). Pada masa ini hewan-hewan sejenis reptil mulai muncul seperti burungdan sejenisnya dan muncul pula hewan-hewan raksasa seperti Dinosaurus dan sebagainya.
Masa Keenam : Masa ini juga disebut zaman Cenozoikum (Cenozoic Era).
Pada masa inilah mulai muncul hewan-hewan mamalia dan pada akhir dari
masa ini mulailah muncul sejarah manusia
Dengan demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang dilakukan oleh para ahli, kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam enam masa, dimana dua masa yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4 masa berikutnya merupakan tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga terciptanya manusia sebagai khalifah di muka bumi Dan di atas menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk.


GALAKSI BIMA SAKTI









Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.