Friday 12 February 2016

Proses Terbentuknya dan Penciptaan Alam Semesta Menurut Al Qur'an Dan Hadis

Proses Terbentuknya dan Penciptaan  Alam Semesta. Sahabat yang dirahmati Alloh SWT. Kali ini admin akan mengangkat sebuah makalah Tulisan. Ust. Amin, mengenai Alam semesta, Untuk lebih jelasnnya mari kita simak uraian berikut ini:

Alam semesta adalah al-samawat wal ardh wa ma bainahuma (langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya). Di dalamnya terdapat fenomena-fenomena alam yang sangat menarik apabila dibahas, mulai dari bagaimana alam ini bisa muncul, kejadian-kejadian yang ada, sampai rahasia apa di balik semuanya itu. Tentu dalam memahami alam tidak terlepas dari ayat-ayat Alquran yang kemudian ditafsirkan berdasarkan keimanan mengenai ayat-ayat itu dengan melibatkan penjelasan Rasul melalui hadis-hadisnya dan upaya pengungkapan “rahasia alam” itu dengan akal pikiran manusia melalui perangkat sains.



Proses Terbentuknya dan Penciptaan  Alam Semesta
Big Bang
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai alam semesta dengan dua fokus analisa sebagai berikut: 
A. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, 
B. Masa, bahan material, dan proses terbentuknya alam semesta.

A. Ayat-ayat tentang Penciptaan Alam

Pembicaraan Alquran tentang alam semesta ditemukan dalam ayat-ayat-Nya lebih dari 1000 ayat yang tergelar dalam beberapa surat. 461 di antaranya berkaitan dengan bumi (bentuk bulat bumi, orbit bumi, rotasi bumi dan pembagian wilayah bumi serta isi kandungannya). Sebagian ayat berkaitan dengan penciptaan alam semesta, gugusan dan peredaran bintang-bintang di jagat raya, galaksi dan akhir dari alam semesta ini. Termasuk tentang penciptaan matahari yang lebih awal dari penciptaan bulan.Meskipun demikian, pembicaraan Alquran tentang alam ini masih bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasarnya saja, karena Alquran bukan buku ilmu pengetahuan yang umumnya menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Karena itu untuk mempunyai gambaran yang jelas tentang bagaimana kejadian-kejadian itu disajikan, kita harus mengumpulkan bagian-bagian yang terpisah dalam beberapa surat.

Ayat yang menjadi acuan utama mengenai penciptaan alam adalah surat al-Baqarah:117, yang berbunyi:


بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ 


“Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengucapkan kepadanya “jadilah” lalu jadilah ia”. 


Ayat ini menegaskan bahwa Allah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa alam yang tidak dapat disangkal, di samping pemeliharaanya yang maha pengasih. Karena kekuasaan-Nya bila Ia hendak menciptakan bumi dan langit, Dia hanya mengatakan “jadilah”. 

Secara umum ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam dapat dipetakan melalui dua pendekatan: (1) maudhu’i-mushafi, yaitu pengelompokan ayat-ayat tentang penciptaan alam yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan susunannya dalam mushhaf, (2) maudhu’i- tanzili, yaitu pengelompokan ayat-ayat itu yang tersebar di berbagai surat sesuai dengan susunannya waktu diturunkan 

Secara maudhu’i-mushafi, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam terdapat di surat al-A’raf [7]:54, Yunus [10]:3, Hud [11]:7, al-Anbiya [21]:30, al-Furqan [25]:59, as-Sajdah [32]:4, Fushilat [41]:9-12, Qaf [50]:38, al-Hadid [57]:4 dan an-Naziat [79]:27-33.


a. al-A’raf [7]:54

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.

b. Yunus [10]:3,


Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?


c. Hud [11]:7

dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".

d. al-Anbiya [21]:30

dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

e. al-Furqan [25]:59, 

yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia.

f. as-Sajdah [32]:4, 

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

g. Fushilat [41]:9-12, 

9. Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".

10. dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

11. kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".

12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.

h. Qaf [50]:38

dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.

i. al-Hadid [57]:4 

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

j. an-Naziat [79]:27-33

Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya[ 27], Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29], dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30], ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31]. dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33].

Adapun secara maudhu’i-tanzili, ayat-ayat Alquran tentang penciptaan alam terdapat di surat Makiyyah (turun di Mekah sebelum hijrah) dan Madaniyyah (turun di Madinah). Berikut ini disebutkan secara berurutan ayat-ayat tentang penciptaan alam yang turun di Mekah: Qaf:38 [urutan ke-34 makiyyah], al-A’raf:54 [urutan ke-39 makiyyah], al-Furqan:59 [urutan ke-42 makiyyah], Yunus:3 [urutan ke-51 makiyyah], Hud:7 [urutan ke-52 makiyyah], Fushilat:9-12 [urutan ke-61 makiyyah], al-Anbiya:30 [urutan ke-73 makiyyah], as-Sajdah:4 [urutan ke-75 makiyyah], dan an-Naziat:27-33 [urutan ke-81 makiyyah]. Sedangkan yang turun di Madinah surat al-Hadid:4 [urutan ke-8 madaniyyah]

Pengertian Sama’ (السَّمَاءُ) dan Ardh (أَرْضُ) 

Pada ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua istilah yang senantiasa disebut, yakni al-sama’ (langit) dan al-ardh (bumi). Ungkapan ‘langit’ dan ‘bumi’ merupakan petunjuk yang mewakili semua jagat alam raya ini. Adapun kenapa ‘bumi’ yang disebut, hal itu dikarenakan keterikatan kita dengannya dimana kita hidup dan tinggal di atas permukaan bumi. Sedangkan penyebutan kata ‘langit’, hal itu dikarenakan kedekatan kita dengan langit yang menjadi obyek penglihatan kita, sekaligus sebagai sumber hujan yang bermanfaat untuk menumbuhkan berbagai tumbuhan yang kita butuhkan dan juga sebagai makanan binatang ternak kita.

Sebagai catatan bahwa di dalam Alquran, kata as-sama (bentuk tunggal) disebut sebanyak 109 kali. Sedangkan dalam bentuk jamak (as-samawat) 185 kali. Adapun kata al-ardh (dengan beberapa variasinya) disebut sebanyak 461 kali. Di mana 80 surat hanya menyebut dalam bentuk mufrad (tunggal) saja dan tidak pernah muncul dalam bentuk jamak. Adapun berjumlah tujuh, penyebutannya hanya secara implisit pada surat Ath-Thalaq [65]: 12.

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.


Kemudian dari jumlah sebanyak itu, penyebutan keduanya secara bersamaan ditemukan dalam 178 ayat. Uniknya, dari 178 ayat tersebut, 175 ayat menggunakan susunan atau urutan langit dan bumi, sedangkan sisanya yang tiga ayat dengan redaksi sebaliknya, yakni bumi dan langit. Selanjutnya, dari 178 ayat tersebut, 46 di antaranya terkait atau dihubungkan dengan kata khalaqa (penciptaan) dengan perincian 45 ayat menyebut penciptaan langit dan bumi (dengan beberapa variasinya) dan hanya satu ayat menyebutkan penciptaan bumi dan langit.

Kata al-sama’ (السَّمَاءُ) dalam Alquran biasa diartikan sebagai “langit”, yakni ‘kubah’ biru di atas bumi atau horizon (langit bagian bawah yg berbatasan dengan permukaan bumi atau laut). Akan tetapi, tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam semesta. Karena itu dalam konteks alam semesta kata “langit” dimaknai sebagai ruang angkasa yang di dalamnya terdapat galaksi-galaksi, bintang-bintang, dan lainnya. 

Kata ardh (أَرْضُ) dalam Alquran biasa diartikan sebagai "bumi". Akan tetapi, tidak semua kata itu diartikan demikian, karena pada beberapa ayat, antara lain ayat-ayat di atas, digunakan untuk menginformasikan penciptaan alam semesta dengan sistem tata surya (solar system) yang belum terbentuk seperti sekarang. Karena itu, kata ardh (أَرْضُ). dalam ayat-ayat ini lebih tepat dipahami sebagai "materi", yakni cikal bakal bumi. 
Istilah “Penciptaan”
Perlu diketahui pula bahwa pada ayat-ayat tersebut di atas, terdapat tiga istilah yang agak berbeda maknanya, namun diterjemahkan sama rata sebagai ”penciptaan”. 
Pertama, khalaqa pada surat al-A’raf:54, Yunus:3, Hud:7, al-Furqan:59, as-Sajdah:4, Fushilat:9, al-Hadid:4. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, “Kata al-khalq dapat digunakan dalam makna al-ibda’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa asal dan meniru (tidak ada contoh sebelumnya). Namun dapat pula digunakan dalam makna al-iejad, yaitu menciptakan sesuatu dari sesuatu (menciptakan dari bahan yang telah ada sebelumnya). Menurut ar-Raghib, kata khalqus samawat wal ardhi maknanya al-ibda’ dengan dilalah firman Allah: badi’us samawat wal ardh” (Qs. Al-Baqarah:117) Al-Mufradat fi Gharibil Quran, I:157. 
Kedua, ja’ala dalam surat Fushilat:10, yang bermakna ”menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru”. 
Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat Fushilat:12). Istilah ini bermakna ”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla (”menetapkan”) dalam ayat itu terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…”
Selain itu ketika menyebut khalaqa as-samawat wal ardh (penciptaan langit dan bumi), pada ayat-ayat itu disertai kata sittati ayyam. Dan kata itu selalu diawali oleh kata fii yang menunjukkan suatu proses yang kontinyu, tanpa ada jeda. Sedangkan ketika menyebut khalaqal ardh digunakan kata yaumain. Demikian pula ketika menyebut faqadhahunna terkait dengan penciptaan langit. 
Jika ditilik dari urutan pembahasan ayat-ayat tersebut, maka ”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka ”menetapkan” di sini tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang ”selesai” bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.

B. Proses Terbentuknya Alam Semesta

Dalam upaya menafsirkan rangkaian ayat-ayat tersebut di atas terdapat dua madzhab utama: Pertama, madzhab burhani (saintifik). Kedua, madzhab bayani (wahyuistik).
Dalam memahami ayat-ayat penciptaan alam semesta, madzhab burhani berusaha memaksimalkan akal dengan melibatkan pendekatan empiris, dalam hal ini konsep sains dan penemuan mutakhir. Dalam madzhab ini teks suci (wahyu) tidak diposisikan sebagai dogma (ajaran) dan sebagai pengetahuan jadi melainkan hanya sebagai sebuah isyarat ilmiah yang pemaknaanya harus mengikuti sains. Madzhab ini cenderung terikat secara keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam menafsirkan Alquran. 
Sedangkan madzhab bayani berpijak pada teks, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti langsung menganggap teks sebagai pengetahuan jadi, dan secara tidak langsung yaitu dengan melakukan penalaran yang berpijak pada teks ini. Dalam madzhab ini wahyu diposisikan sebaliknya yang harus diterima secara imani, bukan tafsiran ilmiah, walaupun tidak logis dan ilmiah dalam analisa konsep sains. Madzhab ini cenderung menolak secara keseluruhan terhadap kontribusi sains dalam menafsirkan Alquran. 

No comments:

Post a Comment